Senin, 19 Januari 2015

Potensi Desa Mojo


1. Buah Mojo
   

Buah maja atau lebih dikenal dengan sebutan brenuk  merupakan tanaman perdu, dengan buah sebesar bola volley, berwarna hijau, dengan kulit (tempurung) sangat keras. Daging buah ini memang tidak enak dimakan, dan hanya digunakan sebagai bahan herbal. Yang dimanfaatkan justru tempurungnya, yang berukuran dua kali tempurung kelapa, dengan tingkat kekerasan dan kekuatan yang juga tinggi. Tempurung buah maja digunakan untuk bahan perkakas rumah tangga. Mulai dari gayung air, takaran beras, serta tempat menyimpan aneka biji-bijian.
Buah yang konon katanya menjadi asal muasal nama kerajaan Majapahit (kerajaan terbesar di Indonesia) ini dikenal tidak memberikan manfaat bagi pertanian.
Masyarakat setempat memang belum mengetahui mengenai fungsi dari buah tersebut, sehingga buah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal, buah tersebut bisa meningkatkan ekonomi jika masyarakat setempat dapat mengolah buah tersebut. misalnya saja, batok dari buah yang keras bisa dijadikan sebagai kerjaninan dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan menjadi ciri khas dari desa mojo.
Selain batoknya, buahnya yang berasa pahit itupun bisa dimanfaatkan sebagai pengusir serangga yang lebih aman terhadap lingkungan.




2. Kayu

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting ranting yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).
Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
Di Desa Mojo, banyak terdapat beberapa industri kayu mentah yang bisa diolah sebagai beberapa bahan material dan yang lainnya. Dari industri kayu tersebut menghasilkan  limbah berupa grajen dimana grajen tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sehingga tidak menjadi limbah yang terbuang sia - sia. Grajen tersebut diantaranya bisa digunakan untuk membudidayakan jamur tiram, membuat kerajinan tangan dan sebagainya.

3. Pertanian
Sebagian besar mata pencaharian dari Desa Mojo berda di bidang pertanian padi dan palawija.

Minggu, 18 Januari 2015

Sejarah Desa Mojo


Setiap tahun tepatnya di bulan Apit di desa mojo diadakan sedekah bumi. Artinya syukuran/selametan ritual dengan dibarengi acara adat.
Syukuran/acara ritual di punden-punden. Artinya Pepunden/Sesepuh yaitu menurut kepercayaan nenek moyang disitulah tempat leluhur desa mojo dimakamkan. Maka perlu diadakan do’a bersama (menurut istilah disebut Khol) dengan agenda acara Hajatan bersama-sama dengan nasi ancak (nasi dan lauk pauk) dan membawa kembang boreh dengan diiringi hiburan wayang kulit (acara syukuran masal).
Mulai tahun 2000 dimulai sebelum acara ritual diadakan tahlil bersama di kalangan perangkat desa. Kemudian mulai tahun 2008 dikembangkan dengan acara tahlil bersama perangkat dan tokoh-tokoh. Kemudian tahun 2009 diadakan istighosah bersama dengan masyarakat. Kemudian tahun 2010 sampai sekarang ditingkatkan acaranya yaitu Tahtimul Qur’an Binnadhar bersama-sama. Acara tersebut ditepatkan pada hari Jum’ah Wage bulan Apit. Kemudian 4 harinya tepatnya hari Senin Pahing di adakan Pesta Rakyat dengan mengadakan karnapal/perayaan keliling desa dengan mengusung Jembul (Jen Mumbul), artinya agar meningkatkan hasil/kesejahteraan rakyat mojo. Jembul tersebut ada dua, yaitu:

Jembul Lanang yang dibuat dari wilayah barat (dukuh krajan) yang isinya adalah semua hasil bumi/polowijo di arak dan dibawa ke rumah kepala desa sebagai atur glondhong pengareng-areng. Untuk tanda bukti kesetiaannya pada pimpinannya dengan menyerahkan hasil bumi dengan tujuan minta do’a restu agar hasil bumi untuk tahun depan meningkat. Tapi budaya tersebut diyakini orang-orang luar desa mojo bahwa polowijo tersebut bisa untuk menjadi tumbal untuk meningkatkan penghasilan bila dicampuri polowijo tersebut, maka hal tersebut menjadikan mitos sebagai polowijo jadi rebutan. Dan yang bisa masuk ke rumah kepala desa adalah nasi ketan/gemblong dan pisang rojo.
b.     Jembul wadon yang dibuat dari wilayah timur yaitu dari desa Jati yang isinya adalah bahan yang sudah matang yaitu, tape ketan, gemblong ketan hitam, gemblong ketan putih dan pisang rojo, cengkaruk beras, inthel-inthel (bubur tepung sagu) dan nasi buceng. Masakan tersebut di arak ke rumah kepala desa sebagai persembahan untuk daharan sang pemimpin agar bisa merasakan hasil bumi rakyatnya.
Diatas jembul wadon dipajang boneka sepasang sebagai perlambang pimpinan tersebut posisinyaa diatas yang patut dihargai dan ditaati. Dilengkapi payung dan bendera merah putih artinya agar pimpinan tersebut bisa mengayomi seluruh warganya dibawah Negara yang sudah berdaulat yaitu Negara RI.
Iring-iring jembul tersebut diiringi budaya tradisional pencak silat dan reog/jaran kepang dan barongan. Kemudian di kediaman kepala desa dan bale desa dilengkapi hiburan langen beksan 1 malam dan wayang purwo sehari semalam.

DESA MOJO

Desa Mojo adalah sebuah Desa di Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Desa ini berbatasan dengan Desa Blingoh Kabupaten Jepara(sebelah utara), Desa Karang Sari (sebelah timur), Desa Sirahan (sebelah selatan) dan Desa Kelet Kab. Jepara (sebelah barat).


ASAL-USUL DESA DAN PERDUKUHAN MOJO
a. Asal usul Desa Mojo
Asal-usul Desa mojo diambil dari nama buah mojo. Al-kisah buah mojo diwaktu kala digunakan untuk  babat oleh Para Lelluhur Desa. Diwaktu babat tempurung buah mojo dijadikan mangkok/ beruk (wadah makanan ), daunnya untuk suru (sendok), rantingnya untuk teken (tongkat), pohonnya untuk tiang padepokan (pondok) dan tunggaknya untuk lelenggahan/dudukan (tempat duduk). Wal hasil dari rangkaian tirakatan dengan menggunakan barang-barang tersebut digunakan untuk babat desa para leluhur. Maka para Leluhur Untuk mengabadikannya peristiwa tersebut maka buah mojo dijadikan nama desa.
b. Asal-usul Perdukuhan Desa Mojo
Desa Mojo dibagi menjadi beberapa perdukuhan dengan perincian dan asal-usulnya sebagai beriku. 
1.        Dukuh JATI
Jati: Jantung Hati (Jantung Ati). Kepala desa mojo yang pertama adalah dari dukuh jati, jadi pusat pemerintahan pertama desa mojo adalah di dukuh jati yang sekarang posisinya di buat makam Islam, dan pintu masuknya Desa Mojo juga terletak di situ maka disekitarnya disebut ghapuran (gapura/pintu masuk).
2.       KRAJAN
Posisinya di Desa Mojo bagian barat berbatasan dengan desa Kelet yang sekarang diperbatasan tersebut dibangun Pom Bensin. Di situ dulu adalah daleman/tempat berkumpulnya Pejabat-Pejabat Desa. Di situ tumbuh pohon mangga krasak yang besar dan tepat di daleman, kemudian tempat acara-acara/upacara terletak disebelah selatan tepatnya di perbatasan Desa Mojo dan Sirahan, di situ ada jembatan corongan artinya tempat informasi dulu di sebelah barat jalan tumbuh pohon beringin dan pohon Asem yg besar (yang terkenal dengan Bunen artinya tempat para petani berkumpul setiap panen raya).
Kemudian di arah keling disitu dulu ada padepokan tempat mengatur strategi berbagai kepentingan yang di pandegani Ki Mojo dan Ki Darmo Wongso. Tepat diantara sungai Kembar, maka disitu terkenal dengan sawah pondok.
3.       KEDINDINGAN
Dulu di daerah ini hutan pohon dinding, setelah ada penghuninya hutan ini dijadikan dukuh yang dinamakan Dukuh Kedindingan. Dukuh Kedindingan terletak di sebelah selatan desa mojo dan berbatasan dengan Desa Sirahan.
4.       KENTENGAN
Diambil dari kata “Kenthe-Angen” yang artinya Puser Wilayah Desa. Puser Wilayah desa mojo (pertengahan desa) terletak di Dukuh Kentengan. Tepatnya sekarang ada bangunan Musholla Al-Munir. Dulu disitu terdapat pal beton dan pohon jati sebagai tanda pertengahan desa.
5.       JATENAN
Dukuh tersebut dulunya adalah hutan jati, dukuh ini letaknya dipinggiran sebelah utara desa mojo yang berbatasan dengan Desa Blingoh. Dukuh Jatenan mempunyai hamparan tanah yang luas yang disebut tegal wates.
6.       NGEMPLAK
Ngemplak artinya terminal, disitu dulunya adalah tempat para blandhong kayu mengumpulkan kayu hasil hutan sebelum dibawa ke desa untuk membuat rumah. Di Dukuh ini juga terdapat hamparan tanah yang luas yang masyarakat mojo menyebutnya “Burgan”.
7.       PLIGEN
Pligen artinya tempat pemantauan (Loji). Dulu tempatnya para aparat keamanan (prajurit) mengintai musuh dari arah timur, barat, utara dan selatan karena tempatnya yang strategis dengan ketinggiannya.
8.       LEMBAH
Penduduk tersebut posisinya yang paling rendah diantara dukuh-dukuh lainnya. Untuk mempermudah mengenangnya maka dinamakan dukuh lembah.
9.       TENGGERAN
Tenggeran artinya tinggi. Dukuh ini datarannya lebih tinggi daripada dataran Dukuh Lembah dan disitu di batasi sungai kecil yang disebut kali pranak (anak sungai).