Jembul Lanang yang dibuat dari wilayah barat (dukuh krajan) yang isinya adalah semua hasil bumi/polowijo di arak dan dibawa ke rumah kepala desa sebagai atur glondhong pengareng-areng. Untuk tanda bukti kesetiaannya pada pimpinannya dengan menyerahkan hasil bumi dengan tujuan minta do’a restu agar hasil bumi untuk tahun depan meningkat. Tapi budaya tersebut diyakini orang-orang luar desa mojo bahwa polowijo tersebut bisa untuk menjadi tumbal untuk meningkatkan penghasilan bila dicampuri polowijo tersebut, maka hal tersebut menjadikan mitos sebagai polowijo jadi rebutan. Dan yang bisa masuk ke rumah kepala desa adalah nasi ketan/gemblong dan pisang rojo.
b. Jembul wadon yang dibuat dari wilayah timur
yaitu dari desa Jati yang isinya adalah bahan yang sudah matang yaitu, tape
ketan, gemblong ketan hitam, gemblong ketan putih dan pisang rojo, cengkaruk
beras, inthel-inthel (bubur tepung sagu) dan nasi buceng. Masakan tersebut di
arak ke rumah kepala desa sebagai persembahan untuk daharan sang pemimpin agar
bisa merasakan hasil bumi rakyatnya.
Diatas jembul wadon dipajang
boneka sepasang sebagai perlambang pimpinan tersebut posisinyaa diatas yang
patut dihargai dan ditaati. Dilengkapi payung dan bendera merah putih artinya
agar pimpinan tersebut bisa mengayomi seluruh warganya dibawah Negara yang
sudah berdaulat yaitu Negara RI.
Iring-iring jembul tersebut diiringi
budaya tradisional pencak silat dan reog/jaran kepang dan barongan. Kemudian di
kediaman kepala desa dan bale desa dilengkapi hiburan langen beksan 1 malam dan
wayang purwo sehari semalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar